Trauma Banjir Bisa Disembuhkan
Diposting oleh karya anak bangsa Label: kesehatanBanjir, tidak hanya menimbulkan kerugian materi dan korban nyawa, tapi juga dapat mengakibatkan gangguan psikis. Trauma banjir, tak wrung dapat menyebabkan ketakutan psikis yang memerlukan pertolongan psikiater.
Menurut psikiater Dr. Mardi Susanto, takut akan banjir bukanlah hidrophobia. Sebab, demikian Mardi. phobia adalah sebuah ketakutan yang tidak beralasan terhadap sesuatu. "Sedangkan takut kepada banjir merupakan ketakutan yang beralasan karena banjir merupakan salah satu bentuk bencana alam," ujarnya.
Memang, siapa orang yang tidak takut menghadapi bencana alam semisal banjir, gempa bumi, tanah longsor, dan semacamnya?. Namun kata Mardi, ketakutan tersebut beralasan, dengan demikian tidak dapat dikatakan sebagai phobia tetapi hanya post traumatic stress disorder atau stres paska trauma.
Menurut Mardi, phobia terhadap air memang ada dan disebut hydrophobia. Akan tetapi, air yang ditakutkan dalam hydrophobia berbeda dengan air yang ditakutkan oleh si penderita stres pasca trauma banjir. Orang yang hydrophobia bisa saja takut melihat air di kamar mandi atau air di dalam ember.
Namun demikian, penyebab seseorang menderita hidrophobia bisa pula disebabkan oleh trauma sebagai mana phobia lainnya. Misalkan phobia kucing, karena waktu kecil pernah digigit kucing misalnya, dan setelah besar ia menjadi phobia kucing.
Akan tetapi, kata Mardi, trauma akibat banjir ketakutannya berbeda. Orang yang mengalami stres pasca trauma akibat banjir tidak takut melihat air di dalam bak mandi atau di ember seperti penderita hydrophobia. Dia baru akan takut begitu melihat air yang kotor bercampur lumpur dan volumenya cukup besar plus mengalirnya sangat deras.
"Jadi, stres pasca trauma ini ketakutannya adalah akibat adanya trauma psikis yang umumnya disebabkan oleh pengalaman¬-pengalaman di luar batas-batas yang lazim terjadi menimpa dirinya"
Penumpulan Respon Trauma Banjir
Trauma psikis ini, demikian Mardi, akan menimbulkan gejala pada penderitanya.
Misalnya si penderita mengalami penghayatan yang berulang-ulang, seolah-olah pengalaman itu selalu hadir dalam mimpi-mimpinya. Di sisi lain, kata Mardi, si penderita akan mengalami penumpulan respon terhadap hubungan dengan dunia luar.
Akibatnya, minatnya berkurang untuk mengerjakan aktivitas sehari¬-hari. Selain itu, timbul gejala-gejala cemas, reaksi terkejut yang berlebihan, waspada yang berlebihan, rasa berasalah, dan sebagainya.
"Bisa juga timbul rasa berdosa. Misalnya, karena dia tidak berhasil menyelamatkan Keluarganya, atau air merebut pelampung orang lain dan sebagainya. Jadi cukup kompleks perasaan yang dapat diderita oleh seseorang yang menderita stres pasca trauma banjir," jelas Mardi lagi.
Semua gejala itu bisa timbul kapan pun. Apalagi bila penderita melihat stimulus yang mendekati pengalaman yang membuat dia mengalami stres pasca trauma tadi. akibatnya, reaksi yang berlebihan akan meningkat bila dia melihat stimulus yang mendekati pengalaman yang dialaminya itu.
"Misalnya, karena dia mengalami banjir yang cukup besar, maka semua gejala-gejala di atas dapat timbul saat dia berdiri di atas jembatan yang di bawahnya terbentang sungai yang cukup lebar dengan air yang keruh dan mengalir deras," ujarnya memberi contoh.
Dan otomatis, kata Mardi, si penderita akan takut bila disuruh menyeberangi sungai, meski arusnya tidak begitu deras. Walaupun mungkin dulunya sebelum banjir menimpa, dia termasuk orang yang berani menyeberangi sungai yang deras bahkan mengarungi lautan sekali pun.
Trauma Banjir Bisa Sembuh
Post traumatic stress disorder, demikian Mardi, bisa disembuhkan walaupun bisa memakan waktu yang cukup panjang.
Penyembuhannya sendiri dapat melalui psikoterapi, dimana keberanian dan rasa percaya diri si penderita dibangkitkan secara bertahap. Salah satunya adalah dengan mengkondisikan penderita kepada keadaan yang ditakutinya.
Misalkan diajarkan berenang di kolam yang dangkal, lalu meningkat ke air yang sedikit dalam. Lalu bertahap lagi menyeberangi kali yang dangkal, dan akhirnya menyeberangi kali yang kotor dan arusnya deras.
Namun, kata Mardi, bila psikoterapi ini tidak membuahkan hasil yang cepat, biasanya pengobatannya digabung dengan farmakoterapi. Yakni, pasien diberikan obat-obatan anti kecemasan. Ini untuk membantu dan mempercepat kesembuhannya.
Mardi menyarankan, orang yang menderita stres pasca trauma banjir segeralah berupaya mencari penyembuhan. Pasalnya, bila tidak, akan membawa dampak dalam jangka panjang seperti adanya penurunan produktivitas, aktivitas, dan sebagainya. Sedangkan bila dialami oleh anak¬-anak atau remaja, bisa jadi menyebabkan si anak takut untuk masuk angkatan laut misalnya.
Juga perlu diingat, stres pasca trauma in selain tidak memandang jenis kelamin juga bisa diderita oleh anak kecil yang mengalami musibah banjir. "Memang, karena masih kecil, mungkin belum terlihat. Tapi itu akan terlihat begitu dia sudah agak besar sedikit," kata Mardi.
Bila kesembuhan tidak diupayakan, stress pasca trauma yang dialami si anak dapat terbawa sampai diadewasa kelak. Dan, bisa jadi setelah dewasa, si anak akan mengidap hidrophobia karena stress pasca trauma banjirnya belum disembuhkan.
Banjir, memang adalah suatu fenomena alam, sehingga bagaimanapun bukanlah hal yang mudah untuk dicegah. Meski demikian, akibatnya bagi kejiwaan ' semisal panik, cemas, dan ketakutan yang berkepanjangan, bisa disembuhkan dengan pertolongan para ahli.
Sembuh Post traumatic stress disorder, bisa disembuhkan walaupun bisa memakan waktu yang cukup panjang.
Dikutip Dari
Majalah Higina (Heru)