Penyakit jantung koroner
Diposting oleh karya anak bangsa Label: kesehatanJumlah penderita jantung koroner cenderung meningkat. Berdasarkan penelitian, merokok, kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, kegemukan, dan penyakit kencing manis merupakan faktor pemicu bagi penyakit jantung koroner.
Gejala penyakit jantung koroner
Arteri koronaria merupakan pembuluh darah yang melingkari jantung yang bentuknya mirip karangan bunga. Pembuluh darah ini mensuplay darah pada otot jantung sehingga jantung menjalankan fungsinya, berkontraksi dan memompakan darah ke tubuh.
"Penyempitan atau penyumbatan pada arteri koronaria dapat mengakibatkan daerah setelah penyempitan akan mengalami gangguan suplay makanan dan oksigen. Jika keadaan ini dibiarkan, maka fungsi jantung pun akan terganggu, karena kebutuhan makanan dan oksigen tidak terpenuhi. Kelainan itu sering disebut penyakit jantung koroner," terang Dr. dr. Frans Santosa, Kepala Bagian Angiologi RS Jantung Harapan Kita, Jakarta.
Tanda khas dari serangan jantung koroner adalah nyeri dada, seolah-olah tertimpa beban berat sehingga susah bernapas. Rasa sakit itu bisa menjalar ke leher, sehingga leher seperti tercekik atau seperti keselek makanan. Bisa juga serangannya ke bagian perut, sehingga menimbulkan rasa mual seperti sakit maag.
Gangguan yang datang terkadang disertai dengan timbulnya pegal-pegal yang menjalar dari pundak dan tangan bagian dalam ke bawah sampai ujung jari, dan ada juga yang sakitnya itu menyebar ke bagian punggung yang menimbulkan sakit seperti masuk angin. "Karena itulah dulu sakit jantung dikenal juga sebagai sindroma masuk angin," ujar Sjukri Karim, Direktur Medis Rumah Sakit Jantung Harapan Kita.
Gejala serangan jantung seperti itu timbul karena adanya penyebaran saraf dari pusat jantung ke bagian tadi. "Namun, tidak semua gejala itu muncul bila terkena serangan jantung koroner. Gejala itu timbul sesuai dengan kondisi tubuh masing-masing, dan biasanya yang paling umum, ya sakit dada," tegas Sjukri.
Sakit di sekitar dada terjadi karena otot jantung tidak mendapat cukup oksigen untuk kontraksi dan memompakan darah ke seluruh tubuh, akibat aliran darahnya terhambat. Gejala sakit dada itu juga dapat muncul pada penderita tekanan darah tinggi atau hipertensi.
Pada penderita hipertensi yang sudah berlangsung lama, sekat otot jantungnya akan menebal akibat terlalu berat memompakan darah untuk mencapai pembuluh darah tepi (perifer) yang telah menyempit Akibatnya, kebutuhan oksigen pun meningkat. Karena itu, meskipun arteri koronarianya normal, tapi kebutuhannya meningkat, maka gejala sakit dada itu bisa juga timbul. Sebab arteri koronaria itu tidak bisa menjadi lebih besar walaupun otot jantungnya bertambah besar.
Penyakit Jantung Koroner Cenderung Meningkat
Pada tahun 1972 penyakit jantung merupakan penyebab kematian kesebelas, yakni sekitar 5,01 %. Tapi dua puluh tahun kemudian, menurut hasil Survei Rumah Tangga Departemen Kesehatan tahun 1992, penyakit jantung meningkat pesat menjadi ranking pertama penyebab kematian, yakni sekita 16,40%.
Baik menurut Sjukri Karim maupun Frans Santosa, data untuk jantung koroner itu secara khusus belum ada, tapi yang pasti jumlahnya cenderung meningkat. "Dulu, yang sering datang berobat itu terjadi karena kelainan jantung bawaan atau infeksi, tapi akhir-akhir ini yang sering muncul adalah sakit jantung koroner dan sakit jantung hipertensi. Sakit jantung infeksi dapat bawaan menurun karena kondisi gizi dan higiene yang membaik," ungkap Sjukri.
Faktor atau penyebab penyakit jantung koroner
Penderita penyakit jantung koroner cenderung meningkat, terutama di kota-kota besar, karena kehidupan sehari-hari di kota besar penuh dengan stres akibat pekerjaan yang selalu diburu-buru dan tidak mengenal waktu. Selain itu istirahat pun juga kurang, tidak teratur, dan pola makan yang berlebihan juga bisa menjadi penyebabnya. Kondisi ini berbeda dengan kehidupan di pedesaan yang tenang dengan lingkungan yang bersih.
Namun tidak menutup kemungkin di kampung pun penyakit jantung koroner bisa merebak lebih luas terutama bagi yang tidak memperhatikan faktor terjadinya penyempitan pembuluh darah. Faktor pemicu penyempitan pembuluh darah itu, faktor yang dapat menyebabkan jantung koroner adalah kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, merokok, kegemukan, dan diabetes mellitus atau kencing manis.
Bagi masyarakat kota besar, kalau pemicu tadi dibiarkan, kemungkinan akan menerima serangan jantung koroner yang lebih tinggi lagi, karena lingkungannya mendukung, jelas Frans.
Faktor pencetus tadi akan mengakibatkan pelebaran pembuluh darah, dan bila tidak dikurangi, dalam jangka waktu tertentu bisa mempercepat kerusakan pembuluh darah. Gula yang tinggi misalnya, akan mengakibatkan kekentalan darah semakin meningkat sehingga mengurangi daya alirnya. Kondisi ini akan lebih berat sehinga menambah peluang mendapat penyempitan dan bahkan penyumbatan pembuluh darah.
Kerusakan pembuluh darah memang bisa terjadi secara alami, terutama berkurangnya kelenturan pembuluh darah. Namun bila faktor resiko bisa dihindari, paling tidak akan memperlambat terjadinya serangan jantung koroner. Kehati-hatian harus lebih ditingkatkan lagi bagi yang sejak awal punya penyakit bawaan," ungkap Frans.
Walaupun tidak punya penyakit itu, laki-laki harus lebih waspada terhadap serangan jantung koroner dan penyempitan pembuluh darah lainnya, karena laki-laki tidak memiliki hormon estrogen yang berguna sebagai penjaga kelenturan pembuluh darah. Laki-laki mempunyai risiko mengalami gangguan pembuluh darah tiga kali lebih besar dibandingkan wanita.
Wanita punya beberapa keuntungan dalam menjaga kelenturan pembuluh darah, karena dengan adanya hormon estrogen yang dapat mengurangi terjadinya penyempitan pembuluh darah. Estrogen dapat juga meningkatkan kadar low density lipoprotein (LDL), sehingga kadar kolesterol dalam darah itu rendah. Namun bagi wanita yang sudah menopause, kadar hormon estrogennya akan semakin berkurang, sehingga peluang untuk mendapat gangguan pembuluh darah pun menjadi sama dengan pria.
Menghindari atau penanganan penyebab penyakit jantung koroner
Salah satu tindakan penting untuk menghindari terjadinya penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah adalah dengan deteksi dini. Dengan deteksi dini dapat diketahui penyumbatan yang lebih awal, sehingga bila ada sumbatan kecil masih bisa diatasi dengan obat-obatan.
Kalau penyumbatan yang terjadi disertai dengan pengapuran, maka penanganannya juga akan lebih sulit dan membutuhkan biaya lebih besar. Penyempitan yang masih belum mengeras, bisa diatasi dengan balonisasi, walaupun hampir 30% bisa terjadi penyempitan kembali dalam waktu satu tahun.
Biaya balonisasi itu mahal, harga satu balon bisa mencapai dua juta rupiah dan bisa saja digunakan lebih dari satu balon. Biaya yang dibutuhkan akan lebih besar lagi kalau sudah terjadi pengapuran yang tidak bisa diatasi dengan balonisasi, hanya dengan operasi.
Frans Santosa mengatakan, pemeriksaan dini pembuluh darah leher (karotis) yang mudah dilakukan, bisa menjadi indikasi ada tidaknya penyempitan dalam pembuluh darah lain. Bila ditemukan ada gangguan pada pembuluh darah leher, harus lebih berhati-hati lagi dan yang lebih penting lagi menghindari faktor pemicu seperti yang telah di jelaskan di atas tadi, serta melakukan pengobatan. "Pemeriksaan dini ini sudah bisa dilakukan di Rumah Sakit Jantung yang sudah ahli.
Memang, terkadang masih banyak yang membiarkan keluhan sakit dada, karena sakitnya itu terkadang timbul tenggelam, sehingga tidak mengherankan ditemukan dalam kondisi lanjut. Dalam kondisi ini irama jantung biasanya sudah tidak ritmis lagi, karena aliran listrik jantung telah mengalami gangguan.
Kasus kematian setelah berolahraga, tak jarang ditemukan baik di negara-negara maju maupun berkembang. Negara yang untuk bidang kedokterannya sudah berkembang seperti Amerika saja sering kecolongan. Hampir 50% dari 638.472 penderita jantung meninggal sewaktu mereka berolahraga atau pesta.
Di kutip dari
Majalah Panasea. (Dr Sjukri Karim & DR. dr. Frans Santosa)
keyword
Penyakit jantung koroner ,Penyakit jantung koroner ,Penyakit jantung koroner ,Penyakit jantung koroner ,Penyakit jantung koroner ,Penyakit jantung koroner ,Penyakit jantung koroner ,Penyakit jantung koroner ,Penyakit jantung koroner ,Penyakit jantung koroner ,Penyakit jantung koroner ,Penyakit jantung koroner