kiat penulisan proposal pkm untuk mahasiswa
Diposting oleh karya anak bangsa Label: Artikel bagusPendahuluan
Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) diluncurkan oleh DP2M DIKTI dengan tujuan untuk mempersiapkan mahasiswa menjadi pemimpin yang mandiri dan arif. Dalam hal ini mahasiswa diberi kesempatan untuk mengimplementasikan kemampuan, keahlian, sikap tanggung jawab, membangun kerjasama tim maupun mengembangkan kemandiriannya melalui kegiatan yang kreatif dalam bidang ilmunya masing-masing.
Sampai saat ini terdapat lima jenis kegiatan PKM yang ditawarkan, yaitu:
(a) PKM Penelitian (PKMP) yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk berkreasi melalui penelitian sesuai dengan bidang ilmunya masing-masing, baik dalam bentuk mono maupun multi disiplin.
(b) PKM Penerapan Teknologi (PKMT) yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk berkreasi dan berinovasi melalui penciptaan jasa seperti pembukaan, pemasaran, penataan ruang produksi dll; atau karya teknologi seperti peralatan, prototipe, model, proses dll yang diperlukan oleh kelompok, masyarakat produktif, kelompok usaha tani, industri kecil, maupun pedagang kecil sesuai dengan bidang ilmu masing-masing baik dalam bentuk mono maupun multi disiplin.
(c) PKM Kewirausahaan (PKMK) yang memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk berkreasi atau berinovasi melalui penciptaan keterampilan berwirausaha dan berorientasi pada keuntungan (profit).
(d) PKM Pengabdian Masyarakat (PKMM) yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk berkreasi melalui kegiatan peningkatan kecerdasan, keterampilan, pengetahuan masyarakat, peningkatan kualitas lingkungan hidup, maupun pengembangan kelembagaan masyarakat
(e) PKM Penulisan Ilmiah (PKMI) yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk berkreasi melalui kegiatan penulisan ilmiah baik yang bersumber dari PKMP, PKMT, MKMK, PKMM maupun kegiatan ilmiah lainnya.
Seringkali mahasiswa / kelompok mahasiswa dalam upayanya mendapatkan dana melalui PKM ini mengalami berbagai kesulitan dalam hal menemukan ide, penulisan, koordinasi kelompok, penyusunan anggaran dll yang berdampak pada rendahnya daya saing proporsal yang dibuatnya. Oleh sebab itu, tulisan ini dibuat untuk membantu mahasiswa dalam pencarian ide dan penyusunan proporsal yang diharapkan dapat dijadikan pedoman bagi mahasiswa untuk menyusun proporsal PKM yang berkualitas sehingga dapat meningkatkan peluangnya untuk dibiayai.
Apa itu kreativitas ?
Dalam penulisan proporsal PKM, kata kunci terpenting adalah “KREATIVITAS” yang merupakan ciri khas program ini. Oleh sebab itu, penulisan PKM yang tidak mengandung unsur kreativitas sangatlah susah untuk dapat lolos dan dibiayai. Perlu ditekankan bahwa PKM ini tidak sama dengan proporsal yang disusun oleh mahasiswa untuk menyelesaikan tugas akhirnya yang pada umumnya bersifat sangat ilmiah.
Kata kreatif yang menjadi kunci keberhasilan penyusunan proporsal PKM ini menurut Encyclopedia Britanica (2002) adalah “The ability to make or otherwise bring into existence something new, whether a new solution to a problem, a new method or device, or a new artistic object or form”. Sedangkan definisi menurut Roget’s II Thesaurus, kreatif itu adalah “ characterized by or productive of new things or new idea : innovative, inventive” Jadi mahasiswa yang kreatitif itu memiliki tiga ciri, yaitu adalah “promoting construction or creation”, “having ability of power to create” dan “having the power or productive of new things or new ideas”. Ide baru yang dimaksud disini tidak selalu harus seluruhnya baru (original) ataupun harus canggih, akan tetapi dapat berarti sesuatu ide yang dibuat dengan cara memodifikasi ide yang sudah ada sehingga berubah menjadi ide lain yang lebih kreatif.
Sebagai contoh apabila suatu kelompok mahasiswa mengajukan judul seperti “Komersialisasi produk bakso”, maka akan sulit bagi kelompok ini untuk mendapatkan dana PKM, mengapa? Kita semua sudah tau bahwa produk bakso tersebut sudah sangat dikenal dimasyarakat. Oleh sebab itu, judul yang diajukan oleh kelompok mahasiswa ini menjadi “biasa-biasa” saja yang tidak ada unsur kreativitas didalamnya, artinya kelompok mahasiswa ini mengajukan kegiatan PKM yang sudah menjadi kegiatan keseharian masyarakat. Lain halnya jika judul PKM di atas dirubah menjadi “Komersialisasi produk bakso berkalsium tinggi, sehat dan aman untuk dikonsumsi”. Dalam hal ini, mahasiswa berusaha untuk memadukan hasil penelitian yang sudah ada dan memanfaatkan tren gaya hidup sehat masyarakat dalam unsur “bakso” yang sangat digemari oleh masyakat Indonesia. Sumber kalsium yang digunakan oleh mahasiswa ini misalnya berupa hasil olahan dari limbah pemotongan ayam, yaitu berupa tulang rawan kaki yang harganya sangat murah. Tulang rawan ini selanjutnya diproses untuk menjadi tepung tulang rawan yang merupakan sumber kalsium utama bakso yang dibuatnya. Dengan mamadukannya dengan proses pembuatan yang higienis, maka tercipta bakso baru yang diharapkan dapat mengakomodasikan tren gaya hidup sehat dengan menkonsumsi kalsium tinggi. Sehingga disamping susu berkasium tinggi yang harganya relatif mahal, masyarakat diberi alternatif lain yang lebih murah, tanpa mengubah kegemarannya mengkonsumsi bakso.
Contoh lain dari judul PKM yang cukup kreatif adalah “Pemanfaatan limbah whey keju dalam pembuatan nata” ada dua unsur kreatif yang terkandung pada judul ini, yaitu limbah whey dan nata yang dibuat dari whey. Dalam pembuatan keju, sering whey menjadi limbah, karena nilai ekonomisnya sangat rendah. Apabila limbah ini dibiarkan, maka limbah ini dapat mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan masyarakat. Dengan memanfaatkan limbah ini dan mengubahnya menjadi produk lain, yaitu menjadi nata, maka diharapkan kelompok mahasiswa ini dapat membantu memecahkan masalah lingkungan.
Apabila terdengar kata nata, secara otomatis kita membayangkan suatu produk yang dibuat dari air kelapa yang bentuknya kubus kecil dengan warna putih dan rasa khas kelapa, yaitu yang sering disebut nata de coco. Kelompok mahasiswa ini telah berhasil mencari alternatif lain dalam pembuatan nata secara kreatif, yaitu dengan cara menumbuhkan bakteri dalam whey. Kualitas nata yang dihasilkan sangat baik, sebab disamping aroma dan kekenyalannya cukup baik, produk ini dapat dibuat dengan berbagai rasa dan bentuk sesuai dengan selera masyarakat.
Contoh ketiga judul PKM yang dinilai cukup kreatif adalah “Ekstrak daun sirih sebagai obat mastitis pada sapi perah” Kelompok mahasiswa ini berusaha untuk memecahkan masalah utama dalam industri sapi perah, yaitu penyakit mastitis. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri yang mengakibatkan susu menjadi rusak dan tidak layak untuk dikonsumsi. Disamping itu, susu yang dihasilkan oleh sapi yang terkena mastitis akan ditolak oleh industri pengolahan susu yang tentunya mengakibatkan kerugian yang besar bagi peternak. Dalam pengobatan mastisis ini, biasanya digunakan antibiotik yang harganya mahal dan tidak terjangkau oleh peternak rakyat. Dengan memanfaatkan pengetahuan tradisional masyarakat tentang khasiat daun sirih sebagai antiseptik dan mungkin juga antibiotik, kelompok mahasiswa ini mencoba mencari alternatif pengobatan lain selain menggunakan antibiotik. Dengan berbagai teknik ekstraksi dan cara aplikasinya, kelompok ini telah berhasil mengurangi kejadian mastitis pada sapi perah melalui pengobatan yang yang ramah lingkungan.
Jadi dengan mengamati contoh di atas, jelas tergambar bahwa program PKM yang diajukan tersebut bukan merupakan sesuatu yang baru, akan tetapi merupakan modifikasi ide yang telah ada dengan cara lebih kreatif.
Seringkali mahasiswa dalam pencarian ide dan penyusunan proporsal terjebak dalam nilai kemutlakan ilmiah. Perlu selalu diingat bahwa sesuatu yang ilmiah itu belum tentu kreatif demikian juga sebaliknya. Sebagai contoh apabila ada kelompok mahasiswa yang mengajukan judul “mekanisme penyerapan kalsium dalam darah orang dewasa”, maka kemungkinan besar evaluator menilai proporsal yang diajukan dengan judul ini tidak kreatif, sebab judul tersebut terlalu ilmiah dan tidak mengandung untur kreativitas. Hal-hal seperti inilah yang sering terjadi dimana mahasiswa menulis proporsalnya dengan mengacu pada tugas akhirnya tanpa memodifikasinya sesuai dengan persyaratan PKM.
Anda ingin berhasil ?
Beberapa kiat-kiat berikut diharapkan dapat meningkatkan peluang keberhasilan lolosnya proporsal anda:
Pilihlah judul dan topik yang menarik. Biasanya hal yang paling pertama dilihat oleh evaluator pada proporsal PKM adalah judul dan topik PKM yang diajukan. Oleh sebab itu, usahakan judul yang diajukan dibuat semenarik mungkin. Jika dibandingkan antara dua judul berikut “Pembuatan bahan dasar kosmetik dari mentimun dan bengkuang” dan “Pembuatan bahan dasar kosmetik dari feces dan urine sapi”, tentunya judul kedua lebih aneh dan menarik. Tentu saja judul yang menarik saja tidak menjamin proporsal tersebut pasti lolos. Penyusun proporsal harus dapat menyakinkan evaluator bahwa dengan berbekal pengetahuan yang sudah ada (tercermin dari tinjauan pustaka), metode pelaksanaannya (tercermin pada materi dan metode), serta keberhasilan pelaksanaannya (tercermin pada penjadwalan dan pembiayaanya), ide yang tercantum pada judul proporsal tersebut dapat terealisasikan dengan baik. Sering juga evaluator menghadapi suatu kenyataan bahwa banyak proprorsal yang judulnya sangat menarik, akan tetapi ternyata setelah dibaca isi proporsalnya tidak mencerminkan dan mendukung judul tersebut, akibatnya evaluator tidak meloloskan proporsal tersebut.. Sebagai contoh pernah ada proporsal yang diajukan dengan judul “Sistem pengangkatan air tanah tanpa energi listrik di daerah papua”. Judul ini sangat menarik bagi evaluator sebab jika PKM ini berhasil dengan baik, tentunya akan sangat bermanfaat bagi masyarakat setempat. Setelah proporsal tersebut dibaca seluruhnya ternyata kelompok mahasiswa ini merencanakan membuat sumur gali sebanyak 5 buah dengan kedalaman masing-masing 20 meter. Selanjutnya untuk mengangkat air tanah digunakan timba yang dikerek dan air tersebut dialirkan pada saluran yang dibuat ke rumah penduduk. Jadi jelas bagi evaluator bahwa ide yang diusulkan tersebut sudah merupakan teknik yang telah diterapkan masyarakat luas di daerah lain.
Seringkali mahasiswa mengalami kesulitan dalam membuat ide awal yang akan ditulis dalam proporsal. Kita harus ingat bahwa untuk menjadi kreatif, kita harus dapat membuka belenggu kebiasaan yang ada. Sebagai contoh dalam menulis sesuatu, ditabukan untuk menulisnya dengan menggunakan tinta merah dan dianjurkan untuk menulisnya dengan tinta warna hitam atau biru, rapi dan dengan haruf yang sama besarnya. Kebiasaaan seperti ini tanpa kita sadari telah menjadi belenggu kreativitas kita. Selama komposisi huruf dan warna menarik, tulis saja sesuai dengan imajinasi anda. Tentu saja kita harus melanggar kebiasaan, yaitu dengan cara menulis kalimat dengan berbagai kombinasi huruf dan warna, termasuk warna merah didalamnya. Jadi jika kita ingin berpikir kreatif, cara berpikir kita harus melewati batas-batas kebiasaan, tradisi atau norma yang ada.
Selanjutnya setelah kita telah terbebas dari belengggu ini akan mengalir berbagai ide liar yang terpikir sesaat. Ide-ide liar yang mengalir ini harus segera ditulis segera sebelum kita lupa. Dalam menciptakan ide-ide ini kita tidak perlu takut membuat kesalahan, sebab nantinya setelah dicatat, kita harus kembali membaca dan merenungkan serta merangking ide-ide tersebut berdasarkan prioritas, realisasi ide dan peluangnya untuk berhasil didanai. Dengan cara ini dalam satu hari saja tidak menutup kemungkinan akan banyak sekali ide yang muncul dan diharapkan tidak ada lagi mahasiswa yang tidak mengikuti kompetisi PKM, dengan alasan tidak memiliki ide.
Tulis Porporsal sesuai dengan panduan. Menulis proporsal sesuai dengan format yang diminta oleh pihak DIKTI merupakan suatu keharusan. Setelah membaca judul, biasanya evaluator melihat dulu apakah proporsal yang akan dievaluasi tersebut sudah sesuai dengan format yang diminta. Sering kali, karena mengejar batas akhir pengumpulan, proporsal dikirim tanpa lembar pengesahan atau ada bagian-bagian yang seharusnya ada di proporsal didak ada di dalam proporsal. Seleksi awal kelengkapan bagian-bagian yang harus ada dalam proporsal PKM merupakan cara yang efektif bagi evaluator untuk menentukan kelayakan proporsal tersebut untuk dibiayai. Dalam hal ini bagaimana mungkin evaluator akan yakin bahwa kelompok mahasiswa tersebut dapat menjalankan program PKM nya, jika dalam menulis proporsalnya saja sudah tidak lengkap dan jelas. Oleh sebab itu, apabila sudah mendapatkan kesepakatan ide yang akan dituangkan dalam proporsal, bacalah dan panduan penulisan PKM (biasanya dikirim ke masing-masing perguruan tinggi, atau dapat diperoleh melalui internet) dengan cermat dan ikuti semua persyaratan yang tercantum dalam format, termasuk didalamnya besar huruf, ukuran kertas, bagian-bagian yang harus ada, tata cara penulisan pustaka dll. Jadi sangat disayangkan jika ide yang baik dari mahasiswa tidak didanai dalam kegiatan PKM, karena ditulis tidak sesuai dengan format.
Konsultasikan proporsal dengan pakarnya. Memang harus kita sadari bahwa kualitas sumber daya manusia dan antusiasme pembina kemahasiswaan dan mahasiswanya untuk mengikuti kegiatan PKM sangat bervariasi. Ada perguruan tinggi yang sudah memiliki sistem pembinaan dan kaderisasi mahasiswa untuk mengikuti PKM yang sangat baik, akan tetapi tidak dapat kita pungkiri juga ada perguruan tinggi yang tampaknya kurang perduli dengan kegiatan PKM ini. Biasanya di perguruan tinggi yang perduli dengan program PKM, penyebaran informasi PKM telah dilakukan dengan baik. Disamping itu, untuk meningkatkan minat biasanya dilakukan pelatihan-pelatihan cara penyusunan proporsal PKM secara teratur. Di perguruan tinggi seperti ini biasanya, mahasiswa hampir tidak memiliki kesulitan untuk berkonsultasi dengan pakar (pembimbing), sebab pembimbing tersebut sudah terbiasa dan memiliki kemampuan yang memadai untuk meningkatkan motivasi, menajamkan serta membungkus ide dari mahasiswa untuk menjadi proporsal yang menarik.
Hal lain yang penting untuk diingat bahwa para pakar tersebut tentunya tidak hanya terdapat di laboratorium dan jurusan (departemen) dimana mahasiswa tersebut berada. Mahasiswa harus secara aktif berkonsultasi dan mencari pakar yang diharapkan dapat membantu menuangkan idenya ke dalam proporsal di luar bagian/laboratorium, di luar jurusan/depertemen, bahkan di luar fakultasnya. Melalui cara ini diharapkan mahasiswa dapat memperluas wawasannya dan mempertajam idenya.
Bentuklah kelompok yang memiliki pengetahuan yang menunjang. Pembentukan kelompok penyusun proporsal akan sangat menentukan keberhasilan suatu prorsal. Oleh sebab itu, janganlah pola pemikiran kita terkungkung oleh kurungan laboratorium, bagian, jurusan atau fakultas dimana mahasiswa berada. Sebagai contoh untuk judul PKM “Pembuatan alat pembuat tapioka tanpa ampas”, komposisi anggota tim, harus berasal dari berbagai disiplin ilmu, yaitu teknik mesin untuk merancang peralatan, agronomi untuk mengetahui biologi dan stuktur fisik singkong, serta teknologi pangan untuk mengevaluasi kualitas pati tapioka yang dihasilkan. Oleh sebab itu, jika judul ini hanya dilakukan oleh mahasiswa jurusan mesin saja, dikhawatirkan akan ada unsur yang tidak terbahas dengan baik dan akan berakibat kurangnya kualitas proporsal.
Dalam rangka kaderisasi, susunlah anggota tim yang terdiri dari berbagai tingkat sehingga diharapkan ada unsur pembinaan yang berkelanjutan. Hindari penyusunan seluruh angota kelompok yang terdiri dari mahasiswa tingkat akhir semuanya. Perlu kita ingat bahwa rentang waktu dari pemberitahuan, pelaksanaan sampai ke PIMNAS sering kali memakan waktu 1 tahun. Oleh sebab itu, jika komposisi anggota tim semuanya terdiri dari mahasiswa tingkat akhir, maka dikhawatirkan, pelaksanaan PKM tidak berjalan dengan baik sebab secara bersamaan mahasiswa tersebut disibukkan dengan tugas akhir. Disamping itu sering kali judul PKM yang diundang ke PIMNAS tidak dapat dihadiri oleh anggota timnya, karena semua anggotanya telah lulus. Kaderisasi merupakan kunci keberhasilan suatu perguruan tinggi dalam mempertahankan reputasi ilmiah mahasiswanya dalam ajang PKM. Oleh sebab itu, perguruan tinggi diharapkan dapat menyusun strategi pembinaan ilmiah mahasiswanya agar prestasi ilmiahnya dapat menonjol dan konsisten.
Disamping dua hal di atas, perlu juga diperhatikan keserasian dan kecocokan anggota tim. Diharapkan bahwa semua angota tim memiliki penjabaran tugas yang jelas dan berbeda dengan anggota tim lainnya agar efisiensi dapat tercapai. Oleh sebab itu, di dalam pedoman penyusun proporsal PKM diharuskan untuk mencantumkan Riwayat Hidup lengkap bagi ketua dan anggota kelompok, serta pembimbing. Dalam hal ini, evaluator akan menilai kesesuaian bidang mahasiswa dan pembimbing dengan topik yang diajukan. Hal ini penting untuk dinilai agar ada suatu jaminan bahwa kelompok tersebut dengan bimbingan pembimbing dapat melaksanakan dengan baik apa yang tertulis di proporsal.
Pelajari kriteria penolakan. Sejalan dengan proses penulisan proporsal, kriteria penolakan suatu proporsal harus dipelajari dengan baik agar hal-hal yang menyebabkan ditolaknya suatu proporsal dapat dihindari. Masing-masing jenis PKM memiliki kriteria penolakan yang tertentu pula. Sebagai contoh untuk PKMP dan PKMT kriteria penolakannya adalah sebagai berikut:
- Latar belakang kurang mendukung teknologi yang direncanakan. Perumusan masalah/teknologi tidak dirumuskan dengan jelas. Kriteria penolakan ini berhubungan dengan Latar Belakang Permasalahan yang tertulis di proporsal.
- Kreativitas yang spesifik tidak diungkapkan. Metode tidak dijelaskan dengan jelas atau diragukan mampu mencapai tujuan penelitian/teknologi yang dirumuskan. Kriteria penolakan ini berhubungan dengan Metodologi Pelaksanaan yang tertulis di proporsal.
- Luaran dianggap sudah umum atau tidak sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan. Kreteria penolakan ini berhubungan dengan Luaran yang diharapkan yang tertulis di proporsal
- Kemungkinan terciptanya manfaat bagi pengembangan diri pribadi mahasiswa diragukan. Kriteria penolakan ini berhubungan dengan kegunaan penelitian untuk menumbuhkan jiwa kreativitas bagi mahasiswa yang tertulis di proporsal
- Pembagian tugas dan kerjasama antar anggota tidak ditonjolkan. Kreteria penolakan ini berhubungan dengan kegunaan penelitian dalam hal pengembangan kemandirian dan semangat kerjasama tim bagi mahasiswa yang tertulis di proporsal.
- Manfaat program bagi kelompok masyarakat sasaran atau pengguna diragukan. Kreteria penolakan ini berhubungan dengan kegunaan penelitian yang berhubungan dengan merangsang perkembangan kreativitas masyarakat yang tertulis di proporsal
- Tidak sesuai dengan format inti pedoman. Kreteria penolakan ini berhubungan dengan penjadwalan kegiatan yang tertulis di proporsal.
- Ruang lingkup tidak sesuai dengan bidang kegiatan yang dipilih dan pembiayaan yang lebih tinggi dari pedoman. Kreteria penolakan berhubungan dengan komponen penyusunan anggaran biaya yang tertulis dalam proporsal
- Alasan diluar a sampai h yang akan ditulis oleh evaluator secara spesifik.
Dalam pembobotan penilaian, unsur kreativitas (latar belakang perumusan maslaah, metodologi pelaksanaan dan luaran yang dihasilkan) memiliki bobot 40%. Unsur kegunaan program (bagi mahasiswa, masyarakat, dan kerjasama tim) memiliki bobot 40%. Unsur kesesuaian dengan format memiliki bobot 10%. Unsur kesesuaian ruang lingkup program, jumlah anggota tim dan jumlah biaya memiliki bobot 10%. (catatan : bobot penilaian dapat berobah dari satu periode pengusulan PKM ke periode berikutnya. Baca Pedoman Penulisan Proposal PKM yang dikeluarkan oleh DP2M Dikti)
Evaluator akan memberikan nilai untuk masing-masing kreteria penilaian ini dengan kisaran angka mulai dari satu sampai lima yang bermakna: 1 (sangat kurang), 2 (kurang), 4(baik) dan 5 (sangat baik). Batas nilai minimum lolosnya suatu proporsal adalah 350. Oleh sebab itu, diperlukan suatu strategi yang jitu agar proporsal yang diajukan lolos. Untuk dapat lolos, suatu proporsal harus memiliki nilai minimum 4 untuk dua unsur utamanya, yaitu kreativitas dan kegunaan. Jika nilai kedua unsur ini tidak mencapai empat, sudah dapat dipastikan proporsal yang diajukan tidak lolos. (Catatan : kerteria lolosnya suatu proposal dapat dibaca di panduan resmi PKM)
Buatlah perencanaan secara menyeluruh. Penyusun proporsal diharapkan dapat merencanakan seluruh kegiatan PKM nya dengan baik sebelum mengajukan proporsal agar dapat mengantisipasi tahapan-tahapan yang akan dilalui. Perencanaan ini harus disesuaikan dengan tahapan-tahapan yang akan dilalui oleh penyusun proporsal apabila proporsalnya kelak diterima. Adapun tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
- Permintaan proporsal ke perguruan tinggi. Pengumuman ini biasanya dilakukan oleh DIKTI dan dikirimkan ke perguruan tinggi. Disamping itu informasi tentang PKM dapat pula diperoleh melalui website DIKTI. Pengumuman ini biasanya berisi tentang jenis PKM yang ditawarkan, pedoman penulisan dan batas akhir pengumpulan proporsal.
- Proporsal yang telah dikirimkan oleh masing-masing perguruan tinggi selanjutnya dipilah-pilah dan diberikan lembaran identitas sesuai dengan jenis PKM yang diajukan dan kode perguruan tinggi pengusul.
- Poporsal yang telah dipilah-pilah selanjutnya dibagikan ke pakar PKM untuk dievaluasi. Setiap judul proporsal akan dievaluasi oleh dua orang pakar secara independen.
- Dikti selanjutnya akan mengundang para evaluator ini untuk memberikan kesempatan pada pakar yang menilai proporsal yang sama untuk menentukan proporsal mana yang lolos dan proporsal mana yang ditolak, setelah dibuat nilai rata-rata evaluator untuk masing-masing proporsal. Kedua evaluator selanjutnya membuat kesepakatan untuk menentukan berapa dana yang seharusnya dialokasikan untuk proporsal yang diterima sesuai dengan ruang lingkup dan volume kegiatannya
- Hasil ini selanjutnya akan dievaluasi oleh tim kecil untuk dilihat distribusi perguruan tinggi pengusul dan keseuaian dengan anggaran yang akan dialokasikan.
- Hasil evaluasi ini selanjutnya diumumkan secara serentak keseluruh perguruan tinggi pengusul. Bagi proporsal yang diterima dicantumkan besarnya biaya yang dialokasikan, sedangkan bagi proporsal yang ditolak dicantumkan alasan penolakannya.
- Selanjutnya kelompok mahasiswa yang diterima proporsalnya akan menerima dana pelaksanaan kegiatan PKM dan melaksanakan PKM selama 4 bulan. Dana yang dialokasikan diberikan dalam dua tahapan, yaitu tahapan pelaksanaan sebesar 70% dan sisanya sebesar 30% akan diberikan apabila telah menyerahkan laporan akhir kegiatan PKM.
- Menjelang akhir pelaksanaan kegiatan, DIKTI akan mengirimkan evaluator untuk menilai sampai sejauh mana kegiatan telah dilaksanakan dan dinilai hasil pelaksanaannya. Berdasarkan hasil pemantauan ini evaluator akan mengusulkan kelompok mana yang akan diundang menghadiri PIMNAS untuk menyampaikan hasil penelitiannya.
- Selanjutnya dengan menggabungkan hasil evaluasi di lapangan dan hasil yang disampaikan lewat Laporan Akhir, ditentukan kelompok mana yang akan diundang ke PIMNAS.
- Di PIMNAS para finalis diberi kesempatan untuk menyajikan hasil kegiatan PKM nya dalam dua bentuk, yaitu dalam bentuk poster dan dalam bentuk presentasi oral. Hasil ini selanjutnya akan dinilai oleh dewan juri untuk ditentukan kepompok mana yang akan mendapatkan penghargaan secara nasional.
Blog yang berisikan segala macam informasi seperti bisnis, investasi, kesehatan, musik, politik, olahraga, dsb. ARTIKEL SELANJUTNYA..... SILAHKAN BERKOMENTAR DITEMPAT YANG DISEDIAKAN, DAN JANGAN SPAM KAWANKU HEHEHE